Sondag 14 April 2013



reggae and nature Reggae Bukan Hanya Pantai, Tapi Juga Tentang Alam Kalian

Polusi, erosi datang dan menyakiti

Musnahkan semua mimpi kami

Bumiku merintih, bumiku menangis

( Tropical Forest – Bumi Merintih )

Seiring tren musik reggae yang terus berkembang, banyak tumbuh pecinta reggae baru yang terus bermunculan. Membanggakan diri mencintai reggae, tapi belum tahu makna sebuah reggae. Bukan saya menggurui kalian yang suka reggae atau dalam bahasa gaulnya sok pintar. Bukan dan sama sekali tidak ada maksud seperti itu. Tapi saya hanya ingin menyampaikan sebuah pesan. Bahwa reggae bukan Rastafarian, reggae bukan hanya ganja. Dan tentu saja reggae bukan tentang hanya pantai  dan hidup santainya.!!!!
Kenapa saya menuliskan reggae bukan hanya pantai? Karena saya ingin mengajak teman-teman untuk sama-sama berpikir, untuk sama-sama berpendapat.  Dalam era Imanez dengan lagu santainya kita melihat sebuah lirik yang cukup fenomenal. Dimana lirik yang mengatakan bahwa “anak pantai dan hidup santainya” . Kita tidak bisa menyalahkan Imanez begitu saja, karena paling tidak beliau juga membawa banyak warna dalam musik ini. Tapi yang kita perhatikan adalah bagaimana lirik itu menjadi sebuah tren budaya. Bahwa reggae haruslah pantai dan hidup santai. Cinta reggae harus santai, dan cinta reggae harus pergi ke pantai. Dan sadar atau tidak sadar itu membuat pecinta reggae terdoktrin dalam pikiran itu. Yang mau tidak mau untuk terus berpikir dan bertindak dengan cara yang tidak seharusnya. Bertindak dengan santai tanpa tanggap dengan kondisi alam di sekitar.
Pernah mendengar hutan Indonesia yang terus menurun? Pernah mendengar bencana tanah longsor. Karang yang mulai rusak karena bom demi mencari ikan? Atau berita hasil alam kita yang terus dicuri bangsa asing? Kuyakin kita semua pernah tahu. Tapi yang kita belum mengerti adalah, apakah hati kita sudah bergerak mendengar kabar buruk itu ? Apakah hati kita sudah berusaha membawa perubahan tentang alam kita yang semakin hancur? Inilah pesan tulisan saya ini kawan. Pesan tentang reggaeman harus tanggap tentang sekeliling. Bahwa bukan kita selalu menikmati indahnya sunset dan sunrise di pantai. Tapi juga melihat tentang  berapa banyak sampah yang kita buang jika kita melewati pantai yang terkotori oleh kaleng dan bekas makanan.
Alam menceritakan keindahannya  gunung dan hutan Indonesia yang kaya. Tapi kita manusia sering lupa. Alam mengingatkan kita dengan bencana dan kedasyahatannya yang berbicara, tapi masih saja kita  lalai. Sederhana saja pesan  buanglah sampah pada tempatnya. Baik di pantai, di hutan atau gunung bahkan jalanan yang kita lewati adalah langkah awal sebuah perubahan. Tidak besar mungkin. Tapi itu hal yang sepele yang sering kita lupa. Kita tidak bisa menuju kota Roma dalam 1 langkah. Kita perlu langkah-langkah kecil untuk memulai tujuan kita. Begitu juga dengan menjaga alam. Selalu butuh perbuatan kecil untuk menuju yang besar. Membuang sampah, menanam 1 pohon, menciptakan karang buatan adalah langkah kecil itu. Untuk alam yang terjaga bagi anak cucu kita dan  juga agar alam masih tertawa  ceria dengan keindahannya.
Reggae yang penuh makna, bukan hanya sebuah musik. Tapi hati nurani yang terus terjaga. Tanggap melihat kerusakan, tanggap melihat pembodohan, tanggap melakukan perubahan. Merdekakan dirimu kawan, lakukan yang terbaik untuk kebaikan dengan caramu. Jaga alammu dan suarakan cinta tanah air Indonesia. Bahwa alam Indonesia harus dijaga, banggalah dengan alam Indonesia. Tak ada yang salah dengan alam Indonesia. Yang salah adalah jika kita terus menutup mata. Melihat tanah kita yang digali tanpa pertanggungjawaban.

Geen opmerkings nie:

Plaas 'n opmerking